cuap-cuap |
Mulai menulis sejak SMP, lupa tepatnya kapan, menulis di buku sidu memakai pulpen, kadang memakai pensil. Kurang lebih 10 tahun sudah suka menulis.
Kesukaan Saya Membuat Fantasi di dalam Kepala
Saya menulis banyak hal, fiksi maupun nonfiksi. Semuanya menyenangkan untuk ditulis, terlebih cerita fiksi. Dari dulu saya sangat suka berfantasi. Saat masih kecil, saya suka merangkai cerita dengan memainkan boneka sebagai perannya. Nama boneka itu Snipi, sisanya saya lupa. Setiap hari ada konflik masalah hidup yang Snipi hadapi, konflik-konflik yang membuat saya dan keponakan laki-laki saya tidak bosan memainkannya.
Lalu saat kelas 1 SMP, saya suka menggambar komik di belakang buku tulis. Komiknya sungguh buruk rupa karena saya tidak bisa menggambar. Lagi-lagi alasan kenapa membuat komik karena saya suka berfantasi. Fokus pada dialog dan alur cerita, bukan gambarnya. Menggambar itu sulit, tapi saya punya banyak cerita yang ingin dituangkan agar tidak terus-terusan cuma di kepala.
Hingga akhirnya, saat kelas 2 SMP (mungkin), saya mengenal yang namanya menulis atau mengarang. Dari semua yang pernah saya lakukan, seperti menggerakkan boneka dan menggambar, menulis adalah aktivitas paling nyaman untuk mencurahkan fantasi saya. Kesukaan saya menghayalkan sebuah adegan di dalam kepala, benar-benar gila. Saat tidak sadarkan diri pun saya terus membuat cerita-cerita itu.
Saya sering bermimpi, di dalam mimpi itu saya sedang merangkai cerita. Sungguh seru dan ini membuat saya bisa tidur lebih dari 8 jam. Saat tidak sengaja bangun, saya bisa tidur lagi lalu melanjutkan mimpi.
Mimpi-mimpi itu terasa tidak asing, tapi saya belum pernah melihat mimpi yang mirip film itu di dunia nyata. Saya tidak pernah membaca buku dengan alur cerita seperti mimpi saya, manhwa, manga atau film. Sering di tengah-tengah mimpi saya membatin, “Luar biasa. Aku harus menulis cerita ini saat bangun.” Sayangnya, saya selalu lupa bagaimana alurnya, siapa saja tokoh yang terlibat dan konflik utama. Menyenangkan sekali. Sepertinya hanya saya yang boleh menikmati alur cerita itu.
Formula mimpi saya itu aneh:
Pertama, hal-hal random.
Kedua, sesuatu yang ada kaitannya dengan dunia nyata.
Ketiga, mimpi dengan alur seperti nonton film dengan saya sebagai sutradaranya
Poin ketiga, selalu terjadi saat pagi hari, siang, atau waktu kala saya ingin bangun. Tapi saya memilih tidur lagi karena penasaran dengan endingnya. Efek buruknya, saya benar-benar menjadi manusia yang banyak tidur saat manusia lain sudah memulai aktivitasnya.
Kalau tidak salah dunia fantasi di dalam mimpi dimulai setelah lulus sekolah. Waktu itu saya sering memaksa mimpi agar sama dengan apa yang saya inginkan.
“Saya ingin memimpikan dia karena merindukannya.” Mungkin secara tidak langsung, ini berakibat pada saya berhasil menghayal sendiri di dalam mimpi.
Intinya, saya suka berfantasi. Saya suka menulis karena memudahkan saya menghayalkan cerita tanpa harus melewati masa ‘lupa’.
Menulis Itu Susah
Sering terjadi selama 10 tahun ini, saya merasa bahwa menulis itu sungguh sulit. Saya sering mencari banyak tips agar menulis terasa mudah. Lalu saya menemukan sebuah saran.
“Menulislah sebebasnya. Lupakan soal editing, itu bisa dilakukan belakangan.”
Maka saya menulis sesuka hati. Semua yang ada di imajinasi, saya tulis begitu saja. Di sini saya merasa tulisan saya sungguh hidup, saya paham bagaimana maksud dari penulisnya. Tentu saja! Karena saya penulisnya sendiri.
Saya meminta saran dari teman. Bagaimana tulisan saya di mata mereka. Tidak banyak yang disampaikan, dia cuma bilang, “Lanjuuuut.” Sama artinya dengan, “Saya butuh chapter selanjutnya. Saya penasaran!”
Ini tidak begitu membantu. Tapi saya suka.
Tujuh Hari Kesombongan Penulis
Setelah menulis cerita lalu membacanya ulang, ini lah yang ada di dalam hati saya:
“Harus terbit di Gramedia!”
“Bagus! Keren! Alurnya ringkas, tidak bertele-tele.”
“Saya akan menyimpannya dengan baik. Jika saya posting di sosial media, takut kalau ada yang plagiat.”
“Kirim ke koran ahh. Oh, tidak! Nanti mereka mengambil karya saya lalu diatasnamakan dengan nama orang lain.”
Sungguh jumawa. Saya sulit menghindari perasaan itu.
Setelah 7 hari berlalu, perasaan angkuh itu hilang. Berganti dengan perasaan-perasaan yang dipenuhi hal-hal negatif.
“Ya Allah, gak nyambung.”
“Apasih? Bertele-tele banget “
“Terlalu banyak kata yang diulang.”
“Pemborosan kalimat!”
“Kenapa saya terus mengulang kata ‘aku’, ‘dan’, ‘tapi’, ‘lalu’, shibbal!”
“Boring.”
“Jelas banget kurang menguasai kosa kata.”
“Silakan plagiat saja cerita saya. Gratis.”
Perasaan seperti ini membuat saya berhenti berimajinasi. Saya harus menunggu imajinasi-imajinasi datang dalam jumlah banyak dahulu untuk membuat saya ingin menulis karena takut ‘lupa’.
Mungkin Saya Tidak Suka Menulis
Saya pernah bertengkar dengan seseorang yang katanya menyukai saya, yang membuat saya akhirnya mengatakan, “Saya lebih mencintai menulis daripada kamu.”
Perkataan yang tanpa perlu melalui banyak pertimbangan. Karena kenyataannya memang begitu.
Lalu suatu hari saya merasakan bosan dan tidak suka menulis. Saya pergi meninggalkannya. Tapi saya datang lagi karena saya punya imajinasi lain untuk ditulis agar saya terus mengingatnya.
Kenapa Perasaan Ini Terus Datang? Tulisan Saya Jelek
Perasaan mengenai tulisan saya sungguh jelek bukan dialami saat awal-awal belajar menulis, bahkan setelah 10 tahun pun dia terus datang.
“Kenapa tulisanku seburuk ini?!’
Saya tidak menyukai tulisan saya, tidak suka gaya menulis saya, akan tetapi saya terus-terusan menyukai berimajinasi. Padahal imajinasi ini tidaklah spesial. Cerita yang saya buat biasa-biasa saja. Hanya mampu menyenangkan hati saya saja. Mungkin, tulisan saya cuma menarik selama 7 hari, dan alur cerita hanya mengesankan pembuatnya.
Selesai menulis ini saya sungguh merasa tulisan ini baik-baik saja. Bagus. Nyambung. Keren. Tapi lihat saja nanti setelah 7 hari atau beberapa tahun kemudian. Tulisan ini rasanya akan sangat tidak enak dibaca. Perasaan ini mengganggu banget. Mungkin bisa hilang sejenak dengan pujian, tapi dia bakal balik lagi sewaktu-waktu. Saya akan membaca tulisan ini di masa depan kalau masih diberikan usia. Insecure paling mengganggu! Enyah kau!